Bagaimana kata- kata positif bisa jadi toxic?
Toxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif. Selain itu, Toxic positivity membuat seseorang terus menerus mendorong orang lain yang lagi ada masalah untuk melihat sisi baik dari kehidupan, tanpa pertimbangan pengalaman yang dirasakan atau tanpa memberi kesempatan orang tersebut untuk meluapkan perasaannya. Melihat suatu hal dengan positif memang baik, tapi jika dibarengi dengan menghindari emosi negatif, hal ini justru dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental.
Susan David, seorang instruktur psikologi di Universitas Harvard bilang: “Merasakan, menerima dan tidak menyangkal emosi negatif itu sebenarnya adalah hal yang natural.” Emosi yang ditekan bisa jadi penyebab gangguan psikis, yang bisa menjadi sumber utama munculnya rasa cemas dan depresi. Serupa dengan Susan, dr. Jiemi Ardian, seorang residen psikiatri di RS Muwardi Solo menjelaskan setiap orang berhak menunjukkan emosi negatif seperti sedih, jijik, bahagia atau takut dan emosi ini punya pesan. Kalau emosi-emosi itu disangkal atau dipendam demi terus terlihat positif atau bahagia di depan orang-orang, yang ada emosi negatifnya menumpuk. Kemudian bisa memicu stres dan sakit psikis serta fisik alias psikosomatis. Emosi yang ditekan terus bisa jadi penyebab gangguan psikis.